Skip to content

TAMAN PUTRO PHANG, SAKSI SEJARAH KEBESARAN KERAJAAN ACEH

Berwisata memang sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat untuk melepas penat dari rutinitas sehari-hari. Namun, bagaimana kalau musim paceklik alias belum gajian? Akankah harus mengurung niatnya untuk berwisata? Tentu jawabannya tidak.

Kini Aceh memiliki objek wisata alternatif yang juga bisa menghilangkan penat di akhir pekan, yaitu Taman Putroe Phang. Taman ini bisa menjadi objek alternatif untuk menghabiskan waktu senggang bersama keluarga.

Letaknya terbilang sangat mudah dijangkau karena berada di tengah-tengah kota Banda Aceh, bersebelahan dengan Kerkhof, kuburan prajurit Belanda yang tewas di Aceh.

Taman Putroe Phang kini memang sudah ditata dengan rapi oleh Pemerintah Kota Banda Aceh. Wisatawan berkunjung ke taman ini, tidak hanya sekedar berwisata, tetapi juga menjadi wisata sejarah.

Taman Putroe Phang memiliki sejarah hubungan erat antara Aceh dan Malaysia pada saat kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Namun, saat Belanda masuk ke Aceh, banyak bangunan hancur saat peperangan terjadi di Aceh.

Sekarang, taman ini tidak hanya dikunjungi oleh wisatawan lokal. Akan tetapi dikunjungi juga oleh wisatawan mancanegara, terutama warga Malaysia yang ingin menyaksikan langsung taman yang memiliki hubungan antara Aceh dan Malaysia.

Apa lagi di akhir pekan, Taman Putoe Phang selalu saja ada pertunjukan seni. Baik seni musik, seni tari dan sejumlah kreativitas seni lainnya yang dipentaskan oleh anak-anak muda di Banda Aceh. Tentunya hal itu bakal semakin menarik banyak wisatawan berkunjung di taman ini.

Dari taman inilah mengukir sejarah hubungan erat antara Kerajaan Aceh dengan Pahang, Malaysia saat Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda. Hingga kini masih bisa terlihat jelas bukti sejarah taman yang dibangun Sultan Iskandar Muda khusus untuk permaisuri kesayanganya Putroe Phang.

Putroe Phang (Putri Kamilah) berasal dari Pahang Malaysia yang dipersunting menjadi permaisuri raja kala itu. Sangking sayangnya Iskandar Muda pada Putri Kamilah, hingga dibangunlah taman ini agar Putroe Phang tidak kesepian saat ditinggalkan olehnya di istana.

Dalam taman Putroe Phang terdapat Pintoe Khop, ini menghubungkan langsung dengan istana dengan taman berbentuk kubah. Di bawahnya mengalir air yang dijadikan tempat mandi permaisuri saat itu. Anak sungai itu sekarang diberi nama dengan Krueng Daroy.

Sedangkan Pintoe Khop yang dibangun digunakan tempat beristirahat Putroe Phang selepas mandi di Krueng Daroy. Bersama dengan dayang-dayang membasuh rambut permaisuri sembari keramas dan mandi air bunga.

Putoe Phang sendiri memiliki kecakapan dalam menyelesaikan persoalan. Bijaksana dalam setiap memberikan masukan untuk raja. Hingga Putroe Phang selain menjadi permaisuri kesayangan raja, juga diangkat menjadi penasehat raja.

Karena Putroe Phang selalu cakap dalam menyelesaikan sengketa di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat pun kerap meminta masukan untuk menyelesaikan berbagaimacam sengketa hukum pada masyarakat.

Seorang wisatawan asal Malaysia yang berkunjung ke Aceh sengaja menyempatkan diri untuk berkunjung ke Taman Putroe Phang. Kunjungan mereka ke Aceh selain dalam rangka berlibur, mereka juga ingin mengetahui sejarah hubungan antara Malaysia dengan Aceh.

“Selain dalam rangka berlibur, kami juga ingin mengetahui sejarah tentang Putri Pahang dengan Sultan Aceh,” ujar Puan Azizah (45) pekan lalu.

Menurutnya, Aceh memang memiliki ikatan dengan Malaysia sejak zaman kesultanan dulu. Istri Sultan Iskandar Muda merupakan seorang putri dari Pahang, Ketika sang Sultan mangkat, jasadnya dikuburkan di pekuburan yang terletak di antara Museum Rumoh Aceh dan Gedoeng Juang di depan Pendopo. Sedangkan makam Putroe Phang sendiri hingga kini belum diketahui keberadaanya.

Sumber : https://www.merdeka.com/peristiwa/taman-putroe-phang-saksi-sejarah-kebesaran-kerajaan-aceh.html

 

No comment yet, add your voice below!


Add a Comment