Pagi ini kami disambut oleh Matahari yang keluar dengan sangat gagah menyinari hari kedua kami di Pulau Sabang. Setelah sarapan pagi dengan menu Western yang dimasak oleh Freddie kami langsung bersiap siap untuk menuju Kilometer Nol Indonesia. Perjalanan dibagi dalam 2 grup berhubung di Sabang sangat sulit untuk menggunakan Bus, selain karena belum banyak bus pariwisata disana dan jalan yang mendaki sangat bahaya kalau menggunakan bus besar. Perjalanan kami pun melewati beberapa danau dan laut yang sangat indah. Abang Mizu, peserta yang masih muda mengatakan bahwa Pulau Sabang ini mirip dengan Pulau Redang di Trengganu. Pulau Redang juga memiliki pemandangan alam dan laut yang sangat indah.
Selesai berfoto di Kilometer Nol, kami menuju ke Iboih. Nah disini awalnya kami ingin Snorkeling tapi karena Pak Cik dan Mak Cik sudah memasuki masa Pensiun (retired) mereka sudah tidak kuat lagi untuk snorkeling di Pulau Rubiah. Abang Mizu dan Abang Nazri yang sudah siap siap untuk snorkeling akhirnya juga tak jadi snorkeling. Akhirnya kita berkeliling saja menggunakan Boat Kaca mengelilingi Pulau Rubiah, melihat ikan yang menari nari dibawah kami dan melihat Karang Batik yang sangat indah. Melihat air yang jernih dan biru rasanya tak sabar mau langsung melompat berenang bermain bersama ikan ikan. Selesai menikmati keindahan Rubiah kami menuju Tugu Sabang Marauke dan Kantor Walikota Sabang. Dilanjutkan dengan makan siang dan langsung check out untuk kembali ke Banda Aceh. Jadwal kami di Sabang sedikit padat karena memang di Sabang hanya 1 malam saja.
Sebelum pulang Encik Mat Saleh mengambil batang kuda kuda, yang oleh masyarakat Sabang ditanam untuk menjadi Pagar bagi rumah atau kebun. Pak Cik Mat Saleh dan Pak Cik Muhd Din suka sekali dan mengambil beberapa batang untuk dibawa pulang ke Malaysia. Dan Informasi yang saya dapatkan hari ini Pak Cik Muhd Din sudah berhasil membuat pagar dari pokok kuda kuda. Sedangkan Pak Cik Mat Saleh masih belum berhasil (Itu tandanya Pak Cik Mat Saleh harus ke Aceh lagi biar boleh ambil lagi pokok kuda kuda.hehhehe).
Setiba di Banda Aceh kami menuju ke Mesjid Ule Lhee untuk shalat Ashar disini kami menikmati sejenak Mesjid yang dilindungi Allah. Mesjid Baiturrahim ini berada hanya 20 meter dari tepi pantai. Namun Keajaiban, Allah menyelamatkan mesjid ini dan rumah pak imam. Hanya 2 bangunan saja yang selamat sedangkan yang lain hancur oleh tsunami. Setelah check in hotel dan istirahat sejenak akhirnya kami sampai juga ke Mesjid Raya Baiturrahman. Mesjid ini merupakan mesjid kebanggaan rakyat Aceh. Mesjid ini memiliki sejarah panjang dari masa Kesultanan Aceh, perang Aceh Belanda, Tsunami dan sampai hari ini masih berdiri kokoh di tengah tengah Banda Aceh. Magrib nan syahdu, seketika matahari terbenam lantunan azan yang indah membuat perjalanan ini semakin syahdu. Ada rasa bahagia di hati ahli rombongan dimana mereka akhirnya bisa menginjakkan kaki masuk ke Mesjid Baiturrahman di negeri serambi mekkah. Malam ini tour ditutup dengan makan malam dengan menu lokal Aceh. Peserta pun beristirahat untuk hari esok yang lebih indah.
Setelah sarapan pagi, tour kembali menuju ke beberapa destinasi Museum Tsunami, Kapal PLTD Apung, Rumah Cut Nyak Dhien, Pantai Lampuuk dan Kubah Terapung kami kunjungi satu persatu. Peserta seluruhnya sangat senang apalagi di rumah cut nyak dhien mereka boleh berbelanja Kue Kue Khas Aceh. Mereka membeli banyak untuk oleh oleh ke Anak cucu, kerabat dan sahabat di Malaysia. Makan siang hari ini sungguh indah karena kami makan ikan bakar dengan paduan Air Kelapa Muda dan duduk di Tepi Pantai Lampuuk, sungguh sangat Indah. Pak Cik Jamaluddin selaku tour leader sangat senang karena mereka dilayani dengan sangat baik dan diberikan pengalaman yang luar biasa. Setelah berehat sejenak menikmati angin pantai lampuuk kami shalat dhuhur di mesjid Rahmatullah, mesjid yang satu satunya bangunan yang selamat dari tsunami. Setelah berfoto foto akhirnya kami kembali ke Banda Aceh untuk Shopping Time, kami menghabiskan waktu di Pasar Aceh hampir 3 jam lebih. Semua Puan Puan tersenyum lebar begitu melihat Pasar Aceh dan akhirnya mereka memborong Kain Sarung (Pelikat), Mukena (Telekung) dan Souvenir souvenir Aceh seperti tas, kain batik Aceh dan banyak lagi lainnya. Tepat pukul 17.30 saya harus mengumumkan Lewat Microphone untuk mengajak pulang. Memang kalau Shopping Time pasti tak cukup waktu. Hehehhehe
Sampai di hotel beristirahat sejenak dan selepas magrib kami menuju Mie Razali, banyak ahli rombongan yang memesan Mie Kepiting (Crab Noodle) khas Aceh. Semua menikmati sekali menu spesial Aceh ini. Nahh buat Anda yang akan ke Aceh wajib mencoba Mie kepiting ya. Malam ini sebelum kembali ke Hotel kami berkunjung ke Pasar Batu Cincin di peunayong. Pak Cik Mat Saleh berkelililing untuk membeli cincin dan beliau pun ketika di pelabuhan Ulee Lhee juga sudah membeli cincin Giok Belimbing. Akhirnya kami kembali ke Hotel dengan hati Bahagia.
Pagi hari, setelah sarapan kami harus kembali ke Pasar Aceh, karena masih ada waktu sekitar 30 menit untuk berbelanja setelah selesai belanja kami makan siang di Restaurant dekat Bandara dan Akhirnya Tour Pun Selesai. Pak Cik Jamaluddin dan ahli rombongan merasa sangat senang dengan pelayanan yang telah kami berikan. Dan insya allah mereka akan datang lagi ke Aceh. Sungguh Negeri Aceh memberikan banyak kenangan bagi mereka.
Setelah selesai Tour saya kembali kerumah untuk menggoreng Kerupuk Ikan Khas Trengganu hadiah dari Pak Cik Jamaluddin. Saya dan Istri makan malam bersama Kerupuk Khas Trengganu. Terima Kasih Pak Cik Jamaluddin dan Seluruh Ahli Rombongan
Penulis : Ridha Sahputra (Tour Manager)
Pakej Tour Aceh