Kabupaten Aceh Tenggara merupakan bagian dari Provinsi Aceh dengan luasan wilayah seluas 4.165,63 Km2, yang terdiri dari 16 kecamatan, 386 desa. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Darul Hasanah 1.347,25 Km2, sedangkan wilayah yang terkecil adalah Kecamatan Babussalam 9,42 Km2. Dari jumlah luasan ini diperkirakan dua pertiganya masuk kedalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari 16 Kecamatan dan 386 Desa serta 51 mukim. Kecamatan di Kabupaten Aceh Tenggara antara lain Kecamatan Lawe Alas, Babul Rahmah, Tanoh Alas, Lawe Sigala, Babul Makmur, Semadam, Leuser, Bambel, Bukit Tusam, Lawe Sumur, Babussalam, Lawe Bulan, Badar, Darul Hasanah, Ketambe, dan Deleng Pokhisen. Yang mempunyai jumlah luas keseluruhan 4.165,63 Km².
Ditinjau dari aspek fisiografi kawasan, wilayah Kabupaten Aceh Tenggara memiliki 2 karakteristik kawasan yaitu kawasan dataran dan kawasan pegunungan. Dua karakteristik topologi kawasan ini mengindikasikan adanya 2 kegiatan budidaya utama yaitu wilayah dataran yang memberikan peluang sebagai sentra pengembangan komoditi tanaman pangan berupa padi, palawija, tanaman hortikultura seperti buah-buahan, sayuran dan tanaman hias juga berpeluang dikembangkan untuk sektor peternakan dan perikanan darat. Wilayah pedalaman yang memiliki topografi berbukit diprioritaskan pengembangannya sebagai kawasan perkebunan rakyat maupun perkebunan besar.
Kawasan pegunungan yang termasuk dalam Taman Nasional Gunung Leuseur (TNGL) merupakan taman nasional terbesar di dunia dengan luas wilayah mencapai 850.000 ha dan mewakili seluruh ekosistem hutan hujan dari daerah rawa sampai dataran tinggi. Di daerah hutan hujan ini, pengunjung dapat menikmati berbagai kehidupan flora, seperti Bunga “Rafflesia” yang merupakan jenis bunga yang terpopuler di antara 3500 spesies tumbuhan yang terdapat di kawasan ini dan kehidupan fauna, seperti kera ekor panjang, orang utan, siamang, gibbon bertangan putih, bermacam serangga, burung, monyet, mawas, kedih, burung enggang, kuaw dan jenis binatang lainnya.
Ada juga Taman Wisata Lawe Gurah yang merupakan bagian dari TNGL yang diperuntukkan untuk para wisatawan dengan jarak sekitar 35 km dari Kutacane. Di lokasi ini terdapat bungalow, rumah makan, lokasi berkemah, pos keamanan, menara pengamat. Di samping itu, berbagai sarana pendukung juga telah dibangun, seperti jalan setapak untuk para pengunjung yang akan menikmati keindahan alam hutan.
Untuk urusan adu nyali, Lawe Alas adalah tempatnya. Sungai yang memiliki arus air cukup kuat, sangat strategis untuk kegiatan wisata arung jeram. Banyak turis asing yang datang ke daerah ini untuk menantang kuatnya arus sungai tersebut.
Jika sudah melewati wisata alam nan apik, di Aceh Tenggara juga memiliki kekayaan budaya tersendiri yang tentunya berbeda dengan daerah lain di Aceh, seperti Tari Saman, Tari Meusekat, Pelebat, Bangsi, Canang dan Lagam. Tari Saman misalnya yang merupakan sebuah kesenian tradisional yang telah mendunia adalah tari saman yang sering disebut Tari Tangan Seribu.
Pada tahun 1994 tari ini pernah tampil di Spanyol dan di beberapa negara Eropa lainnya dan sering tampil di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Sedangkan Tari Meusekat adalah bentuk tarian yang mengkombinasikan gerakan tangan dan badan dengan lantunan syair-syair berisi tuntunan keagamaan dan kehidupan bermayarakat. Syair-syair tersebut dilantunkan oleh para penari sambil melakukan gerakan tarian. Mesekat biasanya dimainkan oleh kaum pria. Sedangkan tari Pelebat sejenis seni perang adat Alas yang memakai rotan sebagai alat dan tameng dengan cara saling memukul terhadap lawan. Biasanya atraksi ini sering dilakukan dalam upacara untuk menyambut tamu kehormatan.
Seni musik, di tanah yang sering disebut Agara ini juga dikenal dengan kesenian Bangsi. Kesenian ini menggunakan alat seruling dalam memainkannya, sering dilantunkan dalam acara adat seperti jagai, sebagai musik pengiring dalam acara perkawinan. Sedangkan, Canang adalah kesenian Tradisional adat Alas yang menggunakan alat musik berupa kaleng atau gamelan yang terbuat dari logam yang dimainkan oleh beberapa wanita. (dari berbagai sumber)
Pariwisata Aceh Tenggara
Pengembangan pariwisata di Aceh Tenggara diarahkan pada pemanfaatan sektor pariwisata untuk meningkatkan PAD dengan penekanan pada pariwisata alam (Natural tourism). Sasaran dari pembangunan pariwsata adalah meningkatkan arus kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik dari tahun ke tahun.
Beberapa tahun terakhir kepariwisataan di Aceh Tenggara tidak dapat berjalan dengan baik dikarenakan adanya masalah keamanan. Namun, seiring dengan disepakatinya Momenrandum of Understanding (MOU) antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), pariwisata di Aceh Tenggara diharapkan dapat bergairah lagi. Pemerintah Daerah telah mengalokasikan anggaran yang signifikan untuk mendukung promosi dan perbaikan sarana dan prasarana pariwisata Aceh Tenggara. Berbagai objek pariwisata di Aceh Tenggara yang dapat dijadikan daerah tujuan alam adalah Ketambe, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Lawe Gerger, Lawe Sikap, Gurah, Lawe Harum, Uning Segugur, dan Gunung Perkison, Gunung Bendahara, dan Gunung Kemiri di Pegunungan Bukit barisan.
Ketambe merupakan kawasan yang sangat eksotik untuk wisatawan yang menyukai tantangan, terutama olahraga arung jeram. Dimana kawasan Ketambe memiliki sungai yang sangat cocok untuk dijadikan tempat Rafting bagi Anda yang menyukai tantangan. Panorama disekeliling sungai yang rimbun membuat petualangan di ketambe akan lebih menarik dan memacu adrenalin Anda. Kawasan Ketambe juga pernah dijadikan sebagai tempat pelaksanaan event Kejuaraan Arung Jeram Internasional yang diadakan oleh Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) pada bulan November 2011. Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari lokal dan mancanegara. Event internasional ini dilaksanakan untuk mempromosikan kawasan Ketambe sebagai kawasan wisata arung jeram yang sangat menarik.
Kawasan Ketambe juga dapat dijadikan sebagai tempat untuk melakukan perkemahan dimana tersedianya tempat-tempat yang layak di Ketambe untuk melakukan kegiatan perkemahan seperti yang pernah dilakukan oleh Kwartir Daerah Pramuka Provinsi Aceh dimana mereka menyelenggarakan Raimuna Daerah VII yang diikuti oleh ratusan peserta dari 23 kabupaten yang ada di Provinsi Aceh. Kegiatan ini juga sekaligus mempromosikan kawasan ketambe sebagai salah satu destinasi wisata unggulan yang berada di Aceh Tenggara.
Berada di kawasan Gunung Leuser, Ketambe menawarkan panorama yang sungguh sangat indah dengan kombinasi wisata air dan wisata pegunungan. Kombinasi inilah yang membuat ketambe menjadi objek wisata yang sangat layak untuk dikembangkan karena Ketambe memiliki nilai komersial yang luar biasa untuk dikembangkan. Selain untuk dikembangkan untuk wisata, kawasan Ketambe juga dapat dijadikan sebagai kawasan konservasi untuk menjaga keaslian kawasan Ketambe sehingga menarik banyak wisatawan untuk datang ke Kawasan Ketambe.
Kawasan Ketambe dapat dijadikan sebagai kawasan wisata alam dan wisata air sehingga dapat menjadi alternative bagi para wisatawan lokal dan mancanegara selain Danau Toba di Sumatera Utara. Kawasan Unggulan Ketambe harus dikembangkan secara baik dengan menggunakan sistem tata kelola lingkungan yang sesuai dengan AMDAL dan juga sesuai untuk peningkatan pariwisata di daerah tersebut.